
MENGGUGAT ADAM
Diskursus tentang keberadaan Nabi Adam sedang ramai dibicarakan, akhir-akhir ini Nabi Adam banyak dicurigai bukan sebagai manusia pertama seperti yang selama ini diyakini. Kecurigaan ini bukan tanpa alasan, karena secara waktu jika dihitung keberadaan Nabi Adam dari sekarang sekitar 7.000 tahun yang lalu, ini dianggap masih terlalu muda jika dibandingkan dengan keberadaan bumi yang usianya diperkirakan sudah mencapai miliaran tahun.
Menurut para ilmuwan usia bumi saat ini 4,54 miliar tahun, sedangkan keberadaan Nabi Adam diperkirakan sekitar 7.000 tahun yang lalu. Asumsi ini didasarkan pada perhitungan keberadaan nabi-nabi setelahnya. Berdasarkan perhitungan para sejarawan, Nabi Muhammad hidup pada tahun 571 Masehi, jaraknya dengan Nabi Isa sekitar 570 tahun. Sedangkan jarak Nabi Isa dengan Nabi Musa 1900 tahun. Jarak Nabi Musa ke Nabi Ibrahim 545 tahun. Lalu jarak Nabi Ibrahim ke Thufan 1080 tahun sedangkan jarak dari Thufan ke Nabi Adam 2.241 tahun
Dari perhitungan tersebut maka jarak waktu dari Nabi Muhammad ke Nabi Adam adalah sekitar 6155 tahun. Jika ditambahkan dengan tahun sekarang berarti jarak antara masa sekarang sampai kelahiran Nabi Muhammad ditambah jarak antara Nabi Muhammad sampai Nabi Adam 2025-571=1454 + 6155 maka didapat angka 7609 tahun. Angka inilah yang diperkirakan para sejarawan sebagai angka masa kehidupan Nabi Adam.
Maka rasanya cukup wajar jika banyak yang menganggap keberadaan Nabi Adam masih terlalu dekat dengan keberadaan kita saat ini, terlebih jika dibandingkan dengan keberadaan bumi yang sudah berumur 4,5 miliar tahun. Hingga muncul pertanyaan-pertanyaan "Lalu apa fungsi bumi sebelum adanya Nabi Adam selama miliaran tahun itu?", "Apakah Tuhan menganggurkan bumi tanpa manfaat apapun selama itu?".
Banyak spekulasi yang menyatakan bahwa ada kehidupan lain sebelum Nabi Adam diturunkan di bumi, hal ini dilatarbelakangi dengan adanya temuan-temuan yang berumur lebih dari 10.000 tahun, ratusan tahun bahkan jutaan tahun baik yang berupa fosil manusia maupun artefak kuno yang menunjukkan adanya kehidupan di bumi sebelum Nabi Adam. Yang belakangan temuan-temuan tersebut disebut sebagai Masa Prasejarah. Yang kemudian Masa Prasejarah tersebut masih dibagi menjadi banyak fase ada Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum dan Megalitikum.
Namun keberadaan manusia prasejarah untuk dikatakan sebagai manusia pendahulu Nabi Adam tidaklah mudah, mengingat keberadaan manusia pada tersebut secara fisik banyak yang berpendapat sebagai manusia yang belum sempurna layaknya manusia seperti apa yang kita lihat dan kita alami saat ini.
Sudut Pandang Agama
Pembahasan tentang Nabi Adam tidak bisa dilepaskan dari konteks agama, disamping karena diksi “Nabi” muncul dari diskursus tentang agama, namun pada dasarnya agama tidak pernah lepas tangan dari permasalahan yang ada di dunia, termasuk terkait polemik Nabi Adam ini.
Pembahasan ayat Al Quran yang sering dikaitkan dengan Nabi Adam adalah Q.S Al-A'raf ayat 11 yang artinya “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan kamu (Adam), kemudian Kami membentuk (tubuh)-mu. Lalu, Kami katakan kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam.” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia (Iblis) tidak termasuk kelompok yang bersujud”.
Jika dilihat pada ayat tersebut, Allah menggunakan frasa yang mempunyai arti jamak (kum) pada kalimat " Kami benar-benar telah menciptakan kamu (Adam)" yang merujuk pada Nabi Adam, kemudian dilanjutkan dengan kata " kemudian Kami membentuk (tubuh)-mu " juga menggunakan frasa jamak.
Tentu bukan tanpa alasan jika Allah menggunakan frasa jamak sebagai kata ganti Nabi Adam tersebut. Para Mufasir memaknai kalimat tersebut sebagai maksud Allah yang ingin menyampaikan bahwa Adam bukanlah sosok tunggal melainkan sosok yang jamak, artinya ada sosok (Adam) lain selain Nabi Adam yang selama ini kita kenal.
Pada ayat lain secara tersirat, Al Quran juga menyebutkan bahwa manusia (saat ini) bukanlah penghuni pertama di dunia melalui Q.S Al-Baqarah ayat 30 yang artinya “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dalam ayat tersebut Allah menggunakan kata Khalifah untuk merujuk kepada tugas manusia di bumi. Secara bahasa kata Khalifah mempunyai arti “Pengganti”. Sehingga hal ini menyiratkan bahwa pada dasarnya manusia (yang ada saat ini) di bumi adalah sebagai pengganti. Maka karena manusia posisinya sebagai pengganti, itu artinya ada sosok lain yang digantikan.
Selanjutnya masih pada ayat yang sama Malaikat bertanya pada Allah “apakah Engkau hendak menjadikan manusia yang merusak dan menumpahkan darah?” kalimat ini mengindikasikan bahwa pernah ada sosok lain yang pernah menghuni bumi namun saling menumpahkan darah.
Nabi Adam Yang Lain
Terkait dengan hal tersebut, kitab Al Futuhat Al Makkiyah yang ditulis oleh Ibnu Arabi menyebutkan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan 100.000 Adam. Dalam kitab tersebut dikisahkan bahwa suatu hari beliau bermimpi sedang melaksanakan Tawaf di Mekah, lalu beliau berjumpa dengan seorang yang mengaku sebagai nenek moyang beliau, lalu beliau bertanya berapa lama anda sudah meninggal, orang tersebut menjawab “Saya sudah meninggal lebih dari 40.000 tahun yang lalu”. Selanjutnya beliau bertanya lagi “Tapi masa itu jauh lebih lama dari masa yang memisahkan kita dari Adam, bahkan Adam saja tidak hidup selama itu”. Orang tersebut lalu menjawab “Adam yang mana yang engkau maksudkan? Adam yang terdekat dengan dirimu atau Adam yang lain?” maka Ibnu Arabi kemudian ingat dengan suatu hadis yang berbunyi “Innallaha kholaqo miata alfa Adam” yang artinya “Sesungguhnya Allah telah menciptakan 100.000 Adam”. Setelah orang tersebut mengatakan hal demikian lalu beliau sadar dan bertanya dalam hati jangan-jangan orang yang mengaku dirinya sebagai nenek moyangnya adalah orang yang datang dari keturunan Nabi Adam terdahulu.
Masih pada kitab yang sama disebutkan bahwa masa kehidupan satu Adam adalah 10.000 tahun. Maka jika asumsi kehidupan satu Adam selama 10.000 tahun dikali 100.000 Adam maka akan kita dapatkan angka keberadaan Adam yang pertama ada sekitar 1 miliar tahun yang lalu dan kita ada pada kehidupan Nabi Adam yang kesekian.(adm)
Mana yang benar? wallahualam bi showab.
*disari dari berbagai sumber
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
PESAN TUHAN DARI PERISTIWA GERHANA
Bulan lalu di negara kita telah terjadi gerhana bulan, sebuah fenomena alam yang umum terjadi di belahan dunia manapun. Begitu juga di Indonesia yang pada malam itu ada sebagian yang be
MEMETIK HIKMAH DARI KISAH NABI IBRAHIM
Idul Adha adalah sebuah perayaan besar yang kita sebagai seorang muslim tentu sudah paham betul sejarahnya, latar belakangnya dan siapa pelakunya, yang tidak lain adalah Nabiyullah Ibra
IDUL ADHA DALAM SAMUDRA HATI SITI HAJAR
Suamiku, apa ini tempat yang kau janjikan itu? Kalo benar ini tempatnya menurutku hagus, aku tak melihat ada yang janggal disini, semua baik-baik saja. Tanah yang luas, sinar mat
TEORI EVOLUSI IKAN?
Gambar proses evolusi manusia yang terpampang besar di sekolah kami sering menjadi bahan pertanyaan. Entah berapa kali gambar yang awalnya hanya “iseng” sebagai bahan imajin
SMK SUPM AL MA'ARIF TEGAL MERAIH JUARA III PADA KOMPETISI AGILITY'S STUDENTS COMPETITION DI UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
SMART-Sebuah prestasi apik telah diukir oleh taruna/i SMK SUPM Al Ma'arif. Prestasi ini cukup membanggakan bagi civitas akademika SMK SUPM Al Ma'arif Tegal, karena kali ini bukan dibida
Wawasan Kebangsaan Gen Alpha
Wawasan Kebangsaan untuk Generasi Alpha: Menanamkan Nilai-Nilai Kebangsaan di Era Digital Generasi Alpha, atau anak-anak yang lahir setelah tahun 2010, adalah generasi yang tumbuh bers
MENYOAL TUT WURI HANDAYANI
Ketika mendengar kata Tut Wuri Handayani tentu yang ada dalam benak kita adalah dunia pendidikan, tidak salah karena kata itu pertama kali dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantoro sebagai seb
PENGABDIAN SANTRI UNTUK NEGERI
Hari santri yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober merupakan penghargaan atas peran santri sekaligus pengakuan terhadap eksistensi santri dalam sejarah perjalanan bangsa baik ketika masih
SEJARAH HAJI NUSANTARA
Beberapa waktu yang lalu saudara-saudara kita yang berkesempatan untuk berangkat haji telah pulang kembali ke rumahnya masing-masing, kesan dan cerita selama perjalanan barangkali juga
PESAN KEPIMPINAN DALAM KISAH NABI IBRAHIM
Sebentar lagi kita akan memasuki bulan politik di mana kita sebagai warga Indonesia, khususnya warga kota Tegal akan melaksanakan pemilihan Walikota dan Gubernur. Tentu kita menginginka