
MEMETIK HIKMAH DARI KISAH NABI IBRAHIM
Idul Adha adalah sebuah perayaan besar yang kita sebagai seorang muslim tentu sudah paham betul sejarahnya, latar belakangnya dan siapa pelakunya, yang tidak lain adalah Nabiyullah Ibrahim AS. Hampir semua kisah tentang beliau sudah sangat masyhur, semua sudah mengetahuinya. Banyak nilai dan hikmah yang bisa kita ambil dari kisah-kisah beliau tersebut.
Tentu tidak semua bisa di urai satu persatu, namun paling tidak kita bisa mengambil hikmah atau nilai dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kisah Nabi Ibrahim tersebut. Lalu nilai-nilai apa saja yang bisa diambil dari kisah beliau? Paling tidak ada tiga nilai yang bisa dipetik dari perjalanan kisah hidup beliau yaitu:
Yang pertama Nilai Ketakwaan atau ketaatan kepada Allah.
Awal dari ketakwaan Nabi Ibrahim adalah saat beliau jengah melihat tingkah saudara, keluarga dan orang-orang di sekitar rumahnya yang selalu menyembah patung-patung yang dibuatnya sendiri. Beliau merasa praktek tersebut tidak masuk akal, karena patung adalah benda mati yang tidak bisa memberikan apa-apa sehingga tidak layak untuk disembah. Dan kedalaman ruhani beliau tidak bisa menerima praktek penyembahan patung tersebut. Maka kemudian beliau mencari Tuhan yang sebenarnya. Meski tidak tahu diawali dari mana cara mencari Tuhan itu, tapi Nabi Ibrahim bersikeras untuk mencarinya. Saat melihat bulan beliau mengira itu adalah Tuhan namun ketika bulan itu terbenam beliau yakin bahwa itu bukanlah Tuhan, pun sama ketika melihat matahari namun saat matahari itu terbenam beliau yakin bahwa itu bukanlah Tuhan. Hingga pada satu titik Allah mengabarkan dalam alam ruhaninya bahwa Allahlah Tuhan yang sebenarnya yang patut disembah. Kronologi ini tercatat dalam QS Al Anam 76-78.
Namun perjalanan ketaqwaan Nabi Ibrahim tidak cukup sampai disitu, karena setelah Nabi Ibrahim mendapatkan pencerahan ketauhidan, beliau mulai diuji dengan berbagai macam penolakan hingga penolakan dalam bentuk kekerasan yang muncul dari orang-orang sekitar, keluarga termasuk orang tua, sampai rajanya saat itu yaitu Raja Namrud memusuhinya. Dan puncak dari penolakan itu adalah ketika beliau dibakar di tengah lapangan dan diselamatkan oleh Allah. Namun hal itu tidak menyurutkan Nabi Ibrahim untuk tetap teguh memegang pendirinya pada agama Allah. Barangkali inilah yang patut kita contoh dari beliau dengan selalu memegang teguh tali Allah apapun cobaan yang menimpa pada kita, karena Allah tidak akan menguji seseorang yang mengaku beriman sebelum ia selesai dengan ujiannya seperti yang difirmankan oleh Allah dalam QS Al Ankabut ayat 2
Yang kedua Nilai Pengorbanan.
Pada hakikatnya pengorbanan adalah sebuah tindakan hati yang berimbas pada perilaku fisik dalam hal ini yaitu mengorbankan atau mengikhlaskan sesuatu yang kita miliki atau kita cintai baik yang bersifat material maupun immaterial baik yang berupa fisik maupun non fisik.
Dan keputusan-keputusan besar yang terdapat pada kisah perjalanan hidup Nabi Ibrahim tidak banyak yang mencatat sebagai sebuah pengorbanan. Padahal banyak dari keputusan besar beliau yang layak disebut sebagai pengorbanan. Diantaranya yang tercatat dalam sejarah adalah saat Nabi Ibrahim rela mengkorbankan kemesraan dirinya dengan orang tua yang berbeda pandangan, yang mana orang tuanya tetap pada pendirian mengikuti leluhur dengan menyembah patung. Kejadian ini membuat hubungan beliau dengan orang tuanya menjadi tidak harmonis, tidak satu atau dua kali Nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk menyembah Allah namun sang ayah tetap pada pendiriannya bahkan sang ayah mengancam untuk berhenti mengajaknya mengikuti Nabi Ibrahim. Dialog ini terekam dalam Qur'an.
"Wahai Bapakku, janganlah engkau menyembah setan! Sesungguhnya setan itu sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai Bapakku, sesungguhnya aku takut azab dari (Tuhan) menimpamu, sehingga engkau menjadi teman setan.” Dia (bapaknya) berkata, “Apakah kamu membenci tuhan-tuhanku wahai Ibrahim? Jika tidak berhenti (mencela tuhan yang kusembah), engkau pasti akan kurajam. Tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama.” (QS Maryam 44-46)
Lalu yang tercatat dalam sejarah yang layak disebut pengorbanan adalah saat beliau harus rela berpisah dengan anak-istri dan meninggalkannya ditengah padang pasir yang tandus. Mereka berdua ditinggal di tempat yang jauh dari keramaian, tanpa bekal yang cukup bahkan tanpa adanya jaminan kehidupan bagi anak dan istrinya itu. Tentu hal itu bukanlah perkara kecil, beliau harus mengorbankan perasaannya untuk berpisah dengan istri beserta anaknya yang sudah ditunggu selama 12 tahun.
Sebelum meninggalkan, beliau meminta pendapat kepada sang istri, lalu sang istri menanyakan keseriusannya untuk meninggalkannya di tengah padang pasir, apakah ini perintah dari Allah? Benar, jawab Nabi Ibrahim. Jika demikian, Dia (Allah) tidak menyia-nyiakan kita, ucap Siti Hajar kembali.
Dan yang terakhir adalah pengorbanan beliau atas anak yang paling dicintainya itu untuk disembelih, yang mana beliau sendiri tidak tahu rencana Allah untuk menggantikannya menjadi seekor kambing. Sebagai seorang ayah tentu hal itu adalah hal yang sangat berat untuk dilakukan. Bagaimana tidak, beliau menunggu kelahiran seorang anak hingga 12 tahun lamanya dan ketika sudah lahir setelah berumur ke 12 beliau justru diperintah untuk menyembelihnya. Namun karena kecintaan dan ketaatannya kepada Allah semua perintah yang berat itu pun beliau laksanakan. Dan belakangan pengorbanan tersebut dicatat dalam sejarah dan menjadi syariat bagi kita sebagai umat Islam.
Yang ketiga yaitu Nilai Perlawanan.
Lalu apa yang dimaksud dengan perlawanan, apakah Nabi Ibrahim melawan penguasa atau tirani? Bukan itu jawabannya, akan tetapi perlawanan yang dimaksud adalah memberantas budaya barbar. Di masa itu kebiasaan membunuh seseorang untuk dijadikan sebagai sesaji demi mempertahankan sebuah kepercayaan adalah suatu hal yang biasa, maka beliau hadir dengan ajaranya sebagai peringatan bahwa perilaku tersebut adalah salah. Atas alasan apapun nyawa seseorang adalah yang paling tinggi derajatnya, tidak layak kiranya untuk dijadikan sebagai persembahan. Maka peristiwa penyembelihan Nabi Ismail oleh Nabi Ibrahim sebagai peringatan keras kepada umat manusia bahwa pengorbanan untuk mempertahankan eksistensinya sebagai manusia beragama diperbolehkan asal bukan dengan mengorbankan sesama manusia tapi sebagai gantinya adalah dengan menyembelih hewan ternak dan yang dipersembahkanpun bukan hasil penyembelihannya namun keikhlasan dari yang berkorban dan daging hasil korbannya pun bisa dikonsumsi untuk dijadikan sebagai makanan layaknya saat kita berpesta atau berhari raya.(adm)
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
PESAN TUHAN DARI PERISTIWA GERHANA
Bulan lalu di negara kita telah terjadi gerhana bulan, sebuah fenomena alam yang umum terjadi di belahan dunia manapun. Begitu juga di Indonesia yang pada malam itu ada sebagian yang be
IDUL ADHA DALAM SAMUDRA HATI SITI HAJAR
Suamiku, apa ini tempat yang kau janjikan itu? Kalo benar ini tempatnya menurutku hagus, aku tak melihat ada yang janggal disini, semua baik-baik saja. Tanah yang luas, sinar mat
MENGGUGAT ADAM
Diskursus tentang keberadaan Nabi Adam sedang ramai dibicarakan, akhir-akhir ini Nabi Adam banyak dicurigai bukan sebagai manusia pertama seperti yang selama ini diyakini. Kecurigaan in
TEORI EVOLUSI IKAN?
Gambar proses evolusi manusia yang terpampang besar di sekolah kami sering menjadi bahan pertanyaan. Entah berapa kali gambar yang awalnya hanya “iseng” sebagai bahan imajin
SMK SUPM AL MA'ARIF TEGAL MERAIH JUARA III PADA KOMPETISI AGILITY'S STUDENTS COMPETITION DI UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
SMART-Sebuah prestasi apik telah diukir oleh taruna/i SMK SUPM Al Ma'arif. Prestasi ini cukup membanggakan bagi civitas akademika SMK SUPM Al Ma'arif Tegal, karena kali ini bukan dibida
Wawasan Kebangsaan Gen Alpha
Wawasan Kebangsaan untuk Generasi Alpha: Menanamkan Nilai-Nilai Kebangsaan di Era Digital Generasi Alpha, atau anak-anak yang lahir setelah tahun 2010, adalah generasi yang tumbuh bers
MENYOAL TUT WURI HANDAYANI
Ketika mendengar kata Tut Wuri Handayani tentu yang ada dalam benak kita adalah dunia pendidikan, tidak salah karena kata itu pertama kali dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantoro sebagai seb
PENGABDIAN SANTRI UNTUK NEGERI
Hari santri yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober merupakan penghargaan atas peran santri sekaligus pengakuan terhadap eksistensi santri dalam sejarah perjalanan bangsa baik ketika masih
SEJARAH HAJI NUSANTARA
Beberapa waktu yang lalu saudara-saudara kita yang berkesempatan untuk berangkat haji telah pulang kembali ke rumahnya masing-masing, kesan dan cerita selama perjalanan barangkali juga
PESAN KEPIMPINAN DALAM KISAH NABI IBRAHIM
Sebentar lagi kita akan memasuki bulan politik di mana kita sebagai warga Indonesia, khususnya warga kota Tegal akan melaksanakan pemilihan Walikota dan Gubernur. Tentu kita menginginka